Opini

Gotong Royong: Tameng Sosial Lawan Ekstremisme

×

Gotong Royong: Tameng Sosial Lawan Ekstremisme

Sebarkan artikel ini
Gotong Royong: Tameng Sosial Lawan Ekstremisme

Gotong royong bukan sekadar tradisi turun-temurun, tetapi identitas kebangsaan yang mencerminkan semangat persatuan dan kepedulian sosial. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, gotong royong hadir sebagai wujud nyata dari nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Melalui kerja bersama, masyarakat belajar menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, suatu sikap yang menjadi benteng alami terhadap tumbuhnya paham ekstrem yang memecah belah.

Nilai kebersamaan ini memiliki peran penting dalam membangun daya tahan sosial. Masyarakat yang terbiasa bekerja sama dan saling menghargai akan lebih sulit terpengaruh oleh ideologi yang mendorong kebencian atau kekerasan. Gotong royong menjadi ruang sosial yang menumbuhkan rasa empati dan memperkuat kepercayaan antarwarga.

Gotong Royong dan Moderasi Beragama

Moderasi beragama menekankan keseimbangan, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan. Prinsip ini sejalan dengan semangat gotong royong yang mengutamakan kebersamaan tanpa melihat latar belakang. Ketika nilai-nilai gotong royong dihidupkan dalam kehidupan beragama, masyarakat akan terbiasa menghadirkan agama sebagai sumber kedamaian dan harmoni, bukan pemisah.

Dalam konteks ini, gotong royong tidak hanya bermakna fisik, seperti kerja bakti, tetapi juga gotong royong dalam pemikiran dan perasaan. Misalnya, saling mendukung dalam kegiatan sosial lintas komunitas, membantu sesama tanpa pandang perbedaan, serta berdialog dengan penuh rasa hormat. Inilah bentuk nyata moderasi yang tumbuh dari akar budaya bangsa sendiri.

Pendidikan Nilai Gotong Royong Sejak Dini

Upaya mencegah radikalisme tidak bisa hanya dilakukan melalui pengawasan, tetapi juga lewat pendidikan karakter. Menanamkan semangat gotong royong sejak usia dini berarti membangun generasi yang terbuka, inklusif, dan bertanggung jawab terhadap sesama. Sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat berperan penting dalam menumbuhkan nilai-nilai ini.

Melalui kegiatan kolaboratif di sekolah atau di masyarakat, anak-anak belajar menghargai kerja tim, menerima perbedaan pendapat, dan menyelesaikan masalah bersama. Pembiasaan ini akan membentuk kepribadian yang kokoh terhadap pengaruh negatif dari luar.

Gotong Royong dalam Era Digital

Perkembangan teknologi membawa tantangan baru bagi kehidupan sosial. Dunia digital sering kali menjadi ruang penyebaran ujaran kebencian dan intoleransi. Namun, semangat gotong royong tetap dapat diterapkan di dunia maya. Wujudnya bisa berupa berbagi informasi positif, saling mengingatkan untuk menjaga etika digital, serta mendukung kampanye literasi dan toleransi.

Kolaborasi masyarakat dalam menjaga ruang digital yang sehat merupakan bentuk gotong royong modern. Dengan semangat saling membantu dan menghormati, media sosial dapat menjadi sarana memperkuat persatuan dan menebarkan nilai kebajikan.

Menjaga Keutuhan Bangsa Melalui Kebersamaan

Radikalisme tumbuh di ruang-ruang kosong ketika nilai kebersamaan mulai pudar. Karena itu, menjaga semangat gotong royong berarti menjaga keutuhan bangsa. Masyarakat yang solid dan saling percaya akan mampu menolak narasi kebencian serta mencegah munculnya perpecahan.

Gotong royong adalah warisan leluhur yang relevan sepanjang masa. Dengan memperkuat nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya melestarikan budaya bangsa, tetapi juga memperkokoh fondasi sosial yang menjadi tameng terhadap radikalisme dan intoleransi.

Oleh: Kasi Humas, Polres Lombok Barat, Polda NTB Iptu Amirudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *