Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi ruang utama bagi pertukaran informasi dan ekspresi diri. Namun, di balik manfaatnya, ruang digital juga dapat menjadi lahan subur bagi penyebaran ujaran kebencian, hoaks, dan konten yang mengarah pada intoleransi. Dalam konteks kebangsaan, hal ini menjadi tantangan serius yang menuntut kesadaran kolektif dan penguatan nilai-nilai moderasi serta etika digital.
Menumbuhkan Kesadaran Digital di Era Informasi
Kehadiran media sosial membuat setiap individu berperan sebagai penyebar informasi. Namun tidak semua pengguna memiliki literasi digital yang memadai. Banyak yang belum memahami bahwa setiap unggahan dapat berdampak luas terhadap harmoni sosial. Oleh karena itu, kesadaran digital perlu ditanamkan sejak dini agar masyarakat mampu memilah dan memahami informasi sebelum menyebarkannya.
Etika digital bukan sekadar soal sopan santun dalam berkomentar, tetapi juga tentang tanggung jawab moral terhadap dampak sosial dari tindakan di dunia maya. Menjaga ucapan di ruang digital sama pentingnya dengan menjaga tutur kata di dunia nyata.
Moderasi Beragama dan Nilai Kebangsaan sebagai Kompas Etika
Nilai-nilai kebangsaan seperti toleransi, gotong royong, dan rasa persaudaraan dapat menjadi kompas moral dalam bermedia sosial. Prinsip moderasi beragama juga menjadi fondasi penting agar perbedaan tidak dijadikan sumber perpecahan.
Moderasi berarti menempatkan diri di tengah, tidak ekstrem dalam berpikir maupun bertindak. Dalam konteks digital, moderasi dapat diwujudkan dengan tidak mudah terpancing oleh isu yang memecah belah, tidak menyebarkan narasi kebencian, dan selalu mengutamakan dialog yang santun serta argumentasi yang rasional.
Pendidikan Etika Digital sebagai Upaya Kolektif
Pencegahan penyebaran radikalisme dan intoleransi tidak dapat dibebankan pada satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat luas untuk membangun budaya digital yang sehat.
Keluarga berperan dalam menanamkan nilai empati dan tanggung jawab sejak dini. Sekolah berperan mengajarkan literasi digital, berpikir kritis, dan menghargai perbedaan. Sementara pemerintah dan lembaga sosial dapat memperkuat kebijakan serta kampanye publik yang mengedukasi masyarakat tentang etika digital dan bahaya ujaran kebencian.
Menjaga Ruang Digital sebagai Cerminan Karakter Bangsa
Ruang digital merupakan cerminan dari karakter masyarakatnya. Ketika warganet mampu menjaga sopan santun, menyebarkan kebaikan, dan menghargai perbedaan, maka citra bangsa pun akan tercermin positif di dunia maya.
Setiap pengguna media sosial memiliki peran penting dalam membangun atmosfer yang damai dan inklusif. Dengan mempraktikkan etika digital dan menanamkan semangat kebangsaan, kita dapat membendung arus kebencian dan mengubah media sosial menjadi sarana mempererat persatuan.
Dari Warganet untuk Bangsa yang Damai
Upaya membendung arus kebencian di media sosial bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga tertentu, melainkan tanggung jawab bersama. Dengan memperkuat etika digital, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, dan menumbuhkan moderasi beragama, masyarakat dapat membangun ekosistem digital yang sehat dan beradab.
Ruang digital seharusnya menjadi tempat untuk berbagi inspirasi, memperluas wawasan, dan memperkuat jalinan kebangsaan. Dari tangan warganet yang bijak, kedamaian bangsa dapat tumbuh, baik di dunia nyata maupun di jagat maya.
Oleh: Kasat Binmas, Polres Lombok Barat, Polda NTB, Iptu Muh. Mahrip












